Guru dan Status Sosial

Guru adalah pilar penting dalam masyarakat. Mereka adalah penerus pengetahuan, pendorong perkembangan intelektual, dan pembentuk karakter generasi mendatang. Namun, ironisnya, perlakuan terhadap guru seringkali tidak sebanding dengan peran vital yang mereka mainkan. Dalam konteks strata sosial, keadaan ini terasa lebih menyesakkan.

Perlakuan tak proporsional terhadap guru tercermin dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Bayangkan gaji yang tidak sebanding dengan tanggung jawab mereka. Bagi banyak guru, bekerja lebih dari jam kerja standar adalah kebutuhan, bukan pilihan. Belum lagi beban kerja mental yang tak terhitung jumlahnya, seperti menyesuaikan pembelajaran untuk beragam kebutuhan siswa, menangani masalah disiplin, dan bekerja dengan sumber daya terbatas.

Selain itu, guru seringkali mendapati diri mereka dalam situasi di mana penghargaan dan pengakuan yang pantas mereka terima seringkali minim. Padahal, mereka adalah agen perubahan yang penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih beradab. Tidaklah jarang mereka bertemu dengan sikap acuh tak acuh dari pemerintah, masyarakat, bahkan dari orang tua murid sendiri.

Di sisi lain, strata sosial yang seharusnya mencerminkan penghargaan dan pengakuan atas kontribusi guru seringkali tampak memandang rendah profesion ini. Budaya populer sering menggambarkan guru sebagai tokoh yang kaku, kuno, atau bahkan tidak relevan. Padahal, mereka adalah orang yang berdiri di garis depan, berusaha membawa cahaya pengetahuan kepada generasi yang akan datang.

Dalam pandangan pribadi, di Indonesia sendiri, seorang Guru, meskipun seharusnya dihargai sebagai arsitek masa depan, sering diabaikan dalam pemikiran kolektif tentang status sosial. Mereka sering dianggap sebagai profesi yang kurang prestisius atau bahkan dianggap sebagai pilihan “terakhir” bagi mereka yang tidak berhasil meraih prestasi di bidang lain. bagi sebagian orang, profesi guru hanya diharapkan untuk pelarian, bukan betul-betul sebagai profesi yang diingini dan dicintai.

Profesi pengusaha, politisi, pegawai BUMN seakan mempunyai martabat jauh lebih baik dari seorang guru dalam strata masyarakat. Guru yang tidak mempunyai kekayaan dan popularitas hanya akan dianggap sebagai “akar ilalang” yang tak ada harga.

“Seorang pilot bisa menjadi seorang guru, sedangkan guru tidak bisa menjadi seorang pilot”. hal ini tentu menggambarkan betapa mudahnya untuk menjadi seorang guru dan semua orang berfikir betapa mudahnya menjadi Guru

Padahal untuk menjadi seorang guru, dibutuhkan tidak hanya skill pada ranah intelektual, tapi juga pada ranah emosional dan spiritual. sehingga untuk menjadi seorang Guru dibutuhkan Skill yang “MAHAL”.

Menurut anda, apakah setiap orang bisa menjadi seorang Guru ?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Scroll to Top